Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda terus memacu penyelesaian proyek Teras Samarinda, sebuah program revitalisasi kawasan tepian Sungai Mahakam yang ki...
POLITIKAL.ID - Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda terus memacu penyelesaian proyek Teras Samarinda, sebuah program revitalisasi kawasan tepian Sungai Mahakam yang kini memasuki tahapan penting. Dari empat segmen besar yang dirancang, segmen 4 menjadi bagian paling unik bukan karena megahnya bangunan atau dermaga baru, melainkan karena konsepnya yang menyatu dengan ruang terbuka hijau (RTH) dan sistem drainase modern.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda, Desy Damayanti, menjelaskan bahwa banyak masyarakat belum memahami bentuk fisik proyek di segmen 4 karena tidak tampak seperti bangunan besar di permukaan.
“Kalau hitungannya sih sekitar 50 persen. Mungkin kalian nggak kelihatan bendanya ya? Ya memang karena bendanya bukan di atas. Dia itu jatuhnya seperti taman,” ungkap Desy pada Jum’at (18/10/2025).
Pada segmen ini justru fokus pekerjaan ada di bawah tanah, tepatnya pada pembangunan drainase besar berukuran 120x120 sentimeter sepanjang kurang lebih 800 meter.
Drainase ini akan menjadi tulang punggung pengendalian banjir di kawasan sekitar Jalan Masjid dan Masak Pagi—wilayah yang kerap terdampak genangan saat hujan deras.
“Yang di atas nanti itu hanya taman, satu halte, dan dua pos polisi. Jadi kalau menunggu bangunan tinggi, pasti nggak ada. Karena konsep segmen 4 memang diarahkan sebagai RTH,” jelasnya.
Rencana besar di segmen 4 ini adalah menghadirkan taman kota yang berpadu dengan sistem transportasi terpadu. Menurut Desy, hanya satu struktur yang akan berdiri di atas lahan tersebut, yaitu halte modern yang nantinya menjadi bagian dari jaringan transportasi Samarinda.
“Halte itu nantinya terhubung dengan sistem angkutan kota dan bus perkotaan. Jadi masyarakat bisa menikmati kawasan tepian sungai sambil terhubung dengan moda transportasi publik,” tuturnya.
Dengan konsep itu, kawasan tepian Mahakam tak hanya menjadi jalur pedestrian, tetapi juga ruang hidup baru bagi warga tempat bersantai, berolahraga, sekaligus menjadi paru-paru kota.
“Segmen 4 ini kita siapkan untuk menjadi daerah terbuka hijau. Jadi nanti masyarakat bisa menikmati tepian sungai yang lebih teduh, lebih asri, tapi juga fungsional,” ujarnya.
Ia menjelaskan, proyek Teras Samarinda memang dibagi dalam empat segmen berbeda, masing-masing dengan karakter dan fungsi yang tidak sama.
“Jadi segmen 1, segmen 2, 3, sama segmen 4 itu beda-beda. Beda segmen, beda dana, dan beda nilai pekerjaan,” jelasnya.
Untuk diketahui, segmen 1 fokus pada pembangunan pedestrian di atas sungai sepanjang 300 meter, menghubungkan area segmen pertama hingga sekitar Kantor Pos dan eks Terminal C. Proyek ini menelan anggaran sekitar Rp48 miliar.
Sementara segmen 2 dan 3 difokuskan pada revitalisasi dermaga dan fasilitas pendukungnya, dengan nilai kontrak masing-masing Rp21 miliar. Pada dua segmen ini, area parkir diubah menjadi terminal drop-off bus, sedangkan bagian dermaga diperluas dan diperkuat atapnya agar lebih aman dan nyaman bagi penumpang kapal.
Adapun segmen 4, yang kini tengah dikebut pengerjaannya, memiliki kontrak sekitar Rp24 miliar. Nilai tersebut mencakup pekerjaan taman, drainase besar, halte transportasi, serta dua pos pengamanan.
“Memang kalau dilihat, segmen 4 ini tidak semegah dermaga atau pedestrian, tapi fungsinya vital. Ia akan menjadi penyeimbang antara ruang terbangun dan ruang hijau,” katanya.
Pelaksanaan proyek Teras Samarinda tahun ini dibagi menjadi tiga paket pekerjaan sekaligus, strategi yang diambil untuk menghindari keterlambatan seperti pada segmen pertama tahun lalu.
Desy memastikan bahwa seluruh pekerjaan pada segmen 2, 3, dan 4 harus selesai tahun ini, karena proyek tersebut bukanlah proyek multi-years.
“Seharusnya selesai sekarang. Kalau telat, kan uangnya kelewat lagi nanti,” ujarnya.
Proyek Teras Samarinda bukan sekadar proyek infrastruktur. Lebih dari itu, ia merupakan upaya pemerintah untuk mengubah wajah kota dari kawasan tepian sungai yang dulunya identik dengan kumuh, menjadi ruang publik yang estetis, aman, dan ramah lingkungan.
Konsep empat segmen ini menggambarkan pendekatan berbeda pada setiap titik:
* Segmen 1: jalur pedestrian di atas air;
* Segmen 2 dan 3: revitalisasi dermaga dan terminal bus;
* Segmen 4: ruang terbuka hijau dengan sistem drainase bawah tanah.
Ia menyebut, setelah proyek selesai, masyarakat dapat menikmati kawasan tepian Mahakam dengan nuansa baru.
“Kami ingin masyarakat Samarinda punya tempat yang nyaman untuk berjalan, bersantai, dan berinteraksi dengan sungai yang selama ini menjadi identitas kota,” pungkasnya.
(*)